Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menelaah Teori Belajar Sosial Albert Bandura

Albert Bandura

Menelaah Teori Belajar Sosial Albert Bandura. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan belajar yang dialami oleh siswa sendiri. Dimyati dan Mujiono (1996:7) mengemukakan siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Tiap ahli psikologi memberi batasan yang berbeda tentang belajar, atau terdapat keragaman dalam cara menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar.Belajar merupakan sesuatu yang sangat penting sekali dalam rentang perkembangan pada diri seseorang, dengan belajar seseorang telah mengalami suatu proses menuju kearah yang lebih baik.

Dalam kaitannya dengan belajar ini sangat banyak teori- teori yang membahas tentang belajar.Dimana teori belajar merupakan unsur penting dalam pendidikan. Tanpa teori pembelajaran tidak akan ada suatu kerangka kerja konseptual yang digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan pembelajaran. Dalam perkembangannya, terdapat banyak sekali teori-teori yang berkembang dari tokoh-tokoh psikologi salah satunya adalah teori belajar sosial yang dikembangkan oleh Albert Bandura.

Albert Bandura sangat terkenal dengan teori belajar sosial ( social learning theory ), salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari fikiran, pemahaman dan evaluasi terhadap lingkungan. Eksperimen yang sangat terkenal dalam teori ini adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.

Teori pembelajaran sosial (social learning theory) biasa juga disebut pembelajaran observasional (observational learning), telah memberi penekanan tentang bagaimana perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan sekitar melalui penguatan (reinforcement) dan pembelajaran peniruan serta cara berfikir yang kita miliki terhadap sesuatu dan juga sebaliknya, yaitu bagaimana tingkah laku kita mempengaruhi orang yang ada disekitar dan menghasilkan penguatan (reinforcement) dan peluang untuk diperhatikan oleh orang lain (observational opportunity).

Menurut Bandura, proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar.Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial jenis ini. Teori belajar ini juga dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana seseorang belajar dalam keadaan atau lingkungan sebenarnya. Bandura (1977) menghipotesiskan bahwa tingkah laku, lingkungan dan kejadian-kejadian internal pada pelajar yang mempengaruhi persepsi dan aksi merupakan hubungan yang saling berpengaruh atau berkaitan (interlocking). Menurut Albert Bandura lagi, tingkah laku sering dievaluasi, yaitu bebas dari timbal balik sehingga boleh mengubah kesan-kesan personal seseorang. Pengakuan sosial yang berbeda mempengaruhi konsepsi diri individu.

A. Biografi Albert Bandura


Albert Bandura lahir pada 4 Desember 1925 di Mundare, kota kecil di Alberta, Canada. Dia mendapat gelar B.A. dari University of British Columbia, kemudian M.A. pada 1951, dan Ph.D. pada 1952 dari University of Iowa. Dia ikut magang pascadoktoral di Wichita Guidance Center pada 1953 dan kemudian bergabung di Stanford University. Pada 1969-1970 dia sempat di Center for the Advanced Study in Behavioral Sciences. Bandura kini menjabat sebagai David Starr Jordan Professor of Social Science di Fakultas Psikologi Universitas Stanford.

Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial (sosial learning theory), salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari pemikiran, pemahaman dan evaluasi. Albert Bandura menjabat sebagai ketua APA (American Psychological Association) pada tahun 1974 dan pernah dianugerahi penghargaan Distinguished Scientist Award pada tahun 1975.Pada tahun berikutnya, Bandura bertemu dengan Robert Sears dan belajar tentang pengaruh keluarga dengan tingkah laku sosial dan proses identifikasi. Sejak itu Bandura sudah mulai meneliti tentang agresi pembelajaran sosial dan mengambil Richard Walters, muridnya yang pertama mendapat gelar doktor sebagai pekerja di makmalnya. Bagi Bandura, walaupun prinsip belajar cukup untuk menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah laku, prinsip itu harus memperhatikan dua fenomena penting yang diabaikan atau ditolak oleh paradigma behaviorisme.

B. Teori Belajar Sosial Albert Bandura


Teori belajar sosial merupakan perluasan teori belajar perilaku yang tradisional (behavioristik). Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1969). Prinsip  belajar menurut Bandura adalah usaha menjelaskan belajar dalam situasi alami. Adapun pengertian dari teori pembelajaran sosial (social learning theory) atau pembelajaran observasional (observational learning) yaitu :

  1. Pembelajaran observasional merupakan pembelajaran yang dilakukan ketika seseorang mengamati dan meniru perilaku orang lain (John W.Santrock : 2008).
  2. Pembelajaran observasional merupakan proses dimana informasi diperoleh dengan memerhatikan kejadian-kejadian dalam lingkungan (B.R.Hergenhahn dan Matthew HOlson : 2008.).

Studi Boneka Bobo Klasik

Dalam sebuah eksperimen yang dilakukan Bandura (1965) mengilustrasikan bagaimana pembelajaran dapat dilakukan hanya dengan mengamati model yang bukan sebagai penguat atau penghukum.Dalam eksperimen ini, anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.Eksperimen ini juga mengilustrasikan perbedaan antara pembelajaran dan kinerja (performance).Sejumlah anak taman kanak-kanak secara acak ditugaskan utuk melihat tiga film dimana ada seseorang (model) sedang memukuli boneka plastik seukuran orang dewasa yang dinamakan boneka Bobo.

Dalam film pertama, penyerangnya diberi permen, minuman ringan dan dipuji karena melakukan tindakan agresif.Dalam film kedua, si penyerang ditegur dan ditampar karena bertindak agresif.Dalam film ketiga, tidak ada konsekuensi atas si penyerang boneka.Kemudian masing-masing anak dibiarkan sendiri berada di ruangan penuh mainan, termasuk boneka Bobo.Perilaku anak diamati melalui cermin satu arah.Anak yang menonton film dimana perilaku penyerang diperkuat atau tidak dihukum apapun lebih sering meniru tindakan model ketimbang anak yang menyaksikan si penyerang dihukum.Seperti yang diduga, anak lelaki lebih agresif ketimbang anak perempuan.Namun, poin penting dalam studi ini adalah bahwa pembelajaran observasional terjadi sama ekstensifnya baik itu ketika perilaku agresif diperkuat maupun tidak diperkuat.

Poin penting kedua dalam studi ini difokuskan pada perbedaan antara pembelajaran dan kinerja.Karena murid tidak melakukan respons bukan berarti mereka tidak mempelajarinya. Dalam sudi Bandura, saat anak diberi insentif  (dengan stiker atau jus buah) untuk meniru model, perbedaan dalam perilaku imitatif anak dalam tiga kondisi itu hilang. Bandura percaya bahwa ketika anak mengamati perilaku tetapi tidak memberikan respons yang dapat diamati, anak itu mungkin masih mendapatkan respons model dalam bentuk kognitif.

Studi ini menarik karena ia menunjukkan bahwa perilaku anak dipengaruhi oleh pengalaman tak lansung atau pengalaman pengganti. Dengan kata lain, apa yang mereka lihat dilakukan atau dialami orang lain akan mempengaruhi perilaku mereka. Anak-anak di kelompok pertama mendapatkan penguatan dari pengamatan (vicarious reinforcement) dan mereka difasilitasi untuk keagresifan mereka. Sedangkan anak-anak di kelompok kedua mendapatkan ancaman pengamatan (vicarious punishment), dan mereka dihalangi perilaku agresifnya. Meskipun anak-anak tidak mendapatkan pengalaman penguatan maupun ancaman secara langsung, mereka memodifikasi perilakunya secara sama (Hergenhahn dan Olson, 1997).

Determinisme Resiprokal (Reciprocal Determinism)

Bandura mengembangkan model Determinisme Resiprokalyang terdiri dari tiga faktor utama, yaitu perilaku, person / kognitif, dan lingkungan. Seperti dalam gambar, faktor-faktor ini bisa saling berinteraksi untuk mempengaruhi pembelajaran, yakni faktor lingkungan memengaruhi perilaku, perilaku memengaruhi lingkungan, faktor person (orang/kognitif) memengaruhi perilaku dan sebagainya.Bandura menggunakan istilah person, tapi memodifikasi menjadi person (cognitive) karena banyak faktor orang yang dideskripsikannya adalah faktor kognitif.

Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran penting. Faktor person (kognitif) yang ditekankan Bandura (1997,2001) pada masa belakangan ini adalah self-efficiacy, yakni keyakinan bahwa seseorang bisa menguasai situasi dan menhasilkan hasil positif. Bandura mengatakan bahwa self-efficiacy berpengaruh besar terhadap perilaku. Misalnya, seorang murid yang self-efficiacy-nya rendah mungkin tidak mau berusaha belajar untuk mengerjakan ujian karena dia tidak percaya bahwa belajar akan bisa membantunya mengerjakan soal. Adapun konsep utama dari teori belajar Albert Bandura adalah sebagai berikut :

1. Pemodelan 

Pemodelan merupakan konsep dasar dari teori belajar sosial Albert Bandura. Menurut Bandura sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain. (Arends, 1997:67).

Seseorang belajar menurut teori ini dilakukan dengan mengamati tingkah laku orang lain (model), hasil pengamatan itu kemudian dimantapkan dengan cara menghubungkan pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya atau mengulang-mengulang kembali.Dengan jalan ini memberi kesempatan kepada orang tersebut untuk mengekspresikan tingkah laku yang dipelajari.

Berdasarkan pola perilaku tersebut, selanjutnya Bandura mengklasifikasi empat fase belajar dari pemodelan, yaitu :

a. Fase Atensi

Fase pertama dalam belajar pemodelan adalah memberikan perhatian pada suatu model.Pada umumnya seseorang memberikan perhatian pada model-model yang menarik, popular atau yang dikagumi.Dalam pembelajaran guru yang bertindak sebagai model bagi siswanya harus dapat menjamin agar siswa dapat memberikan perhatian kepada bagan-bagian penting dari pelajaran. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menyajikan materi pelajaran secara jelas dan menarik, memberikan penekanan pada bagian-bagian penting, atau dengan mendemonstrasikan suatu kegiatan. Di samping itu suatu model harus memiliki daya tarikn (Woolfolk, 1993).Misalnya untuk menjelaskan bagian-bagian bola mata guru seharusnya menggunakan gambar model mata, dengan variasi warna yang bermacam-macam sehingga bagian-bagian mata tersebut tampak jelas dan siswa termotivasi untuk mempelajarinya.

b. Fase Retensional

Menurut Gredler, (dalam Sudibyo, E. 2001:5), fase ini bertanggung jawab atas pengkodean tingkah laku model dan menyimpan kode-kode itu di dalam ingatan (memori jangka panjang). Pengkodean adalah proses pengubahan pengalaman yang diamati menjadi kode memori. Arti penting dari fase ini adalah bahwa si pengamat tidak akan dapat memperoleh manfaat dari tingkah laku yang diamati ketika model tidak hadir, kecuali apabila tingkah laku itu dikode dan disimpan dalam ingatan untuk digunakan pada waktu kemudian.

Untuk memastikan terjadinya retensi jangka panjang guru dapat menyediakan waktu pelatihan, yang memungkinkan siswa mengulang keterampilan baru secara bergiliran, baik secara fisik maupun secara mental.Misalnya mereka dapat menvisualisasikan sendiri tahap-tahap yang telah didemonstrasikan dalam menggunakan busur, atau penggaris sebelum benar-benar melakukannya.

c. Fase Reproduksi

Dalam fase ini kode-kode dalam memori membimbing penampilan yang sebenarnya dari tingkah laku yang baru diamati. Derajat ketelitian yang tertinggi dalam belajar mengamati adalah apabila tindakan terbuka mengikuti pengulangan secara mental. Fase reproduksi dipengaruhi oleh tingkat perkembangan individu.

Fase reproduksi mengizinkan model untuk melihat apakah komponen-komponen urutan tingkah laku sudah dikuasai oleh si pengamat (pebelajar).Pada fase ini juga si model hendaknya memberikan umpan balik terhadap aspek-aspek yang sudah benar ataupun pada hal-hal yang masih salah dalam penampilan.

d. Fase Motivasional

Pada fase ini si pengamat akan termotivasi untuk meniru model, sebab mereka merasa bahwa dengan berbuat seperti model, mereka akan memperoleh penguatan. Memerikan penguatan untuk suatu tingkah laku tertentu akan memotivasi pengamat (pebelajar) untuk berunjuk perbuatan. Aplikasi fase motivasi di dalam kelas dalam pembelajaran pemodelan sering berupa pujian atau pemberian nilai.

2. Belajar Vicarious

Sebagian besar belajar observasional termotivasi oleh harapan bahwa meniru model dengan baik akan menuju pada pada reinforcement. Akan tetapi, akan ada orang yang belajar dengan melihat orang diberi reinforcement atau dihukum waktu terlibat dalam perilaku-perilaku tertentu. Inilah yang disebut belajar “vicarious”.

Guru-guru dalam kelas selalu menggunakan prinsip belajar vicarious.Bila seorang murid berkelakuan tidak baik, guru memperhatikan anak-anak yang bekerja dengan baik dan memuji mereka karena pekerjaan mereka yang baik itu. Anak yang nakal itu melihat bahwa bekerja memperoleh reinforcement sehingga ia pun kembali.

3. Perilaku Diatur-Sendiri (Self-Regulated Behavior)

Bandura mengatakan bahwa perilaku manusia sebagian besar merupakan perilaku yang diatur oleh dirinya sendiri (self-regulated behavior). Manusia belajar suatu standar performa (performance standards), yang menjadi dasar evaluasi diri. Apabila tindakan seseorang bisa sesuai atau bahkan melebihi standar performa, maka ia akan dinilai positif, tetapi sebaliknya, bila dia tidak mampu berperilaku sesuai standar, dengan kata lain performanya dibawah standar, maka ia akan dinilai negatif.

Bandura berhipotesis bahwa manusia mengamati perilakunya sendiri, mempertimbangkan perilaku terhadap kriteria yang disusunnya sendiri, kemudian memberi reinforcement atau hukuman pada dirinya sendiri.Kita semua mengetahui bila kita berbuat kurang daripada yang sebenarnya.Untuk dapat membuat pertimbangan-pertimbangan ini, kita harus mempunyai harapan tentang penampilan kita sendiri. Seorang siswa mungkin sudah merasa senang sekali memperoleh 90% betul dalam suatu tes, tetapi anak yang lain mungkin masih kecewa.

Hal yang menjadi pertanyaan ialah dimana kita memperoleh kriteria yang kita gunakan untuk mempertimbangkan penampilan kita?Kadang-kadang pertimbangan-pertimbangan ini kelihatannya timbul sendiri, seperti seorang pelukis, seorang penulis, atau seorang guru, bekerja berulang kali untuk memperoleh sebuah lukisan, suatu karangan, atau suatu pelajaran yang baik.Namun, teori belajar sosial mengemukakan bahwa sebagian besar dari kriteria yang kita miliki untuk penampilan kita, kita pelajari, seperti banyak hal-hal yang lain, dari model-model dalam dunia sosial kita.

Kita belajar banyak dengan dihadapkan pada model-model. Bila kita memperhatikan perilaku model, dan menciptakan kode-kode verbal atau kode-kode khayalan bagi apa yang telah kita amati, kita akan belajar dari model itu. Baik pengulangan terbuka maupun pengulangan tertutup menolong kita untuk dapat memiliki perilaku baru yang kita pelajari.Pada suatu saat kita harus mencoba mereproduksi perilaku model itu.Umpan balik untuk memperbaiki diberikan jauh sebelum fase reproduksi belajar dari model-model, memunyai efek yang kuat terhadap perilaku. Reinforcement dan hukuman yang ditimbulkan sendiri secara lansung dan dialami secara vicarious, menentukan sejauh mana perilaku yang baru ituakan ditampilkan.

Respon-respon kognitif kita terhadap perilaku kita sendiri mengizinkan kita untuk mengatur perilaku kita sendiri.Dengan mengamati, kita mengumpulkan data tentang respons-respons kita.Melalui standar-standar penampilan yang sudah diinternalisasi, kerap kali dipelajari melalui observasi, kita pertimbangkan perilaku kita.Dengan memberi hadiah atau menghukum kita sendiri, kita dapat mengendalikan perilaku kita secara efektif.Kita tidak perlu dikendalikan oleh kekuatan lingkungan atau keinginan yang dating dari dalam.Kita dapat belajar menjadi manusia sosial yang berkepribadian.Dengan menerapkan gagasan-gagasan teori belajar sosial pada diri kita sendiri, kita dapat menjadi guru dan siswa yang lebih baik.

Selain itu, anggapan mengenai kecakapan diri (perceived self-efficacy) juga berperan besar dalam perilaku yang diatur sendiri.Anggapan tentang kecakapan diri ini adalah keyakinan seseorang bahwa dia mampu untuk melakukan sesuatu.Dari anggapan ini, muncul motivasi orang untuk berprestasi (apabila anggapannya positif) atau bahkan dimotivasi untuk melakukan suatu hal (apabila anggapannya negatif).

Terkadang, anggapan mengenai kecakapan diri seseorang tidak sesuai dengan kecakapan diri sesungguhnya (real self-efficacy).Seseorang terlalu yakin dia dapat melakukan sesuatu, tetapi pada kenyataannya sebenarnya dia tidak mampu. Bila hal ini terjadi, maka orang akan merasa frustasi dan rendah diri.

C. Kelemahan dan Kelebihan Teori Belajar Sosial Albert Bandura


1. Kelemahan Teori Belajar Sosial Albert Bandura

Teori pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan dalam teori behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru.

Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan ( modeling ), sudah pasti terdapat sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negative , termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.

2. Kelebihan Teori Belajar Sosial Albert Bandura

Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya , karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui system kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata – mata reflex atas stimulus ( S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri.

Pendekatan teori belajar social lebih ditekankan pada perlunya conditioning ( pembiasan merespon ) dan imitation ( peniruan ). Selain itu pendekatan belajar social menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak – anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak – anak, faktor social dan kognitif.

D. Contoh Aplikasi Teori Belajar Sosial


Bandura menyatakan bahwa seseorang dapat belajar dari pengalaman tak langsung atau pengalaman pengganti dan belajar dengan mengamati konsekuensi dari perilakunya sendiri.Bandura mendefenisikan model sebagai segala sesuatu yang menyampaikan informasi. Jadi koran, majalah, televisi, dan sebagainya merupakan model. Dan tentu saja informasi berita yang disampaikan dapat membawa pengaruh positif maupun dapat memunculkan proses kognitif yang salah pada individu. Bandura menyatakan bahwa anak-anak dan orang dewasa mendapatkan sikap, emosi tanggapan, dan gaya baru melalui  modeling.

Contoh aplikasi teori belajar Bandura adalah ketika seorang anak belajar untuk mengendarai sepeda. Ditahap perhatian, si anak akan tertarik mengamati para pengendara sepeda dibanding dengan orang yang melakukan aktifitas lain yang dia anggap kurang menarik. Oleh karena itu, ia akan mengamati bagaimana seseorang mengayuh sepeda. Selanjutnya pada tahap penyimpanan dalam ingatan si anak akan tersimpan bahwa bersepeda itu menyenangkan dan suatu saat jika waktunya tepat ia akan meminta ayahnya (semisal) untuk mengajarinya mengendarai sepeda. Semuanya itu kemudian dilaksanakan pada tahap reproduksi di mana si anak kemudian benar-benar belajar mengendarai sepeda bersama sang ayah. Ketika anak itu sudah berhasil, di sinilah tugas sang ayah untuk memberi reward sebagai bentuk apresiasi atas keberhasilan sang anak sekaligus merupakan tahap motivasi.Beberapa contoh lain dijelaskan dalam poin-poin berikut:

  1. Iklan mie instan, di iklan tersebut diperlihatkan seseorang yang sedang melihat orang lain makan mie instan dengan nikmatnya, membuatnya pada akhirnya makan mie instan yang sama.
  2. Melihat kecelakaan di konser sebuah band nasional yang mengakibatkan seseorang meninggal, seorang pemudi yang tadinya hendak menonton konser band tersebut di kotanya menggagalkan niatnya.
  3. Iklan sebuah pasta gigi memperlihatkan seorang anak yang meniru kebiasaan ayahnya makan, ribut sendiri karena menonton bola, dan cara ayahnya menggosok gigi.
  4. Seorang balita yang kecanduan r0kok dan berkata kasar karena lingkungan (orang-orang dewasa) sekitar terbiasa merok0k dan berkata kasar.
  5. Seorang anak melompat dari lantai 4 sebuah rumah susun dengan menggunakan seprai setelah melihat film superhero.
  6. Sosialisasi penggunaan helm dan mengendarai motor yang baik menggunakan suatu film pendek yang mengilustrasikan seorang pemuda yang naik motor ugal-ugalan dan tidak memakai helm, berakibat fatal; kaum muda yang melihatnya menggunakan helm dan berkendara aman tak hanya untuk menghindari ditilang polisi, tetapi untuk mengamankan dirinya.
  7. Serangkaian novel yang bercerita tentang percintaan vampir dengan manusia menjadi bestseller, memacu penulis lain untuk menulis novel-novel yang bercerita tentang percintaan vampir-manusia.
  8. Seorang selebritis mulai berkecimpung di dunia politik, menambah kesuksesannya, selebritis lain juga akhirnya banyak yang terjun ke dunia politik.
  9. Belakangan ini, ada aktor/aktris yang mencoba peruntungan di dunia tarik suara, dan cukup sukses. Melihat hal ini banyak aktor/aktris lain yang mulai ikut-ikutan terjun di dunia tarik suara.
  10. Sinetron-sinetron yang memiliki high rating saat ini adalah bercerita tentang cinta dan judul sinetronnya adalah nama sang tokoh utama. Banyak sinetron-sinetron baru yang bermunculan bertema cinta dan judulnya pun adalah nama sang tokoh utama.
  11. Memenuhi kebutuhan transportasi anak muda, sebuah perusahaan mobil ternama mendesain sebuah mobil yang berjiwa muda, dengan ciri mobil kecil (untuk 4 orang) dan berbentuk kapsul dengan lekukan-lekukan di bodi mobilnya. Melihat jumlah penjualannya, kini banyak produsen mobil yang memproduksi mobil dengan bentuk yang mirip.
  12. Sebuah perusahaan telekomunikasi di sebuah negara yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di Asia memproduksi secara massal ponsel murah dengan tombol QWERTY. Karena jumlah penjualannya, banyak produsen di negara yang sama, bahkan Indonesia sendiri memproduksi ponsel dengan bentuk yang sama.
  13. Seorang anak melihat temannya yang terluka karena terkena petasan, anak itu pun menghindari main petasan.
  14. Seorang pemuda melihat kesuksesan seorang bintang sepak bola dunia, memacunya untuk berlatih sepak bola sebaik mungkin, berharap bisa mengikuti jejak bintang sepak bola tersebut.
  15. Seorang remaja melihat sekelompok remaja lain perform dance dengan gemilang, remaja ini pun mulai belajar dan berlatih dance serupa.
  16. Ada seorang yang kecopetan ponselnya yang dia taruh di tasnya, mengetahui hal tersebut, seseorang mengindari menaruh ponsel di tas.
  17. Seorang anak melihat ibunya makan bakso, dia juga ingin memakannya dan meminta pada ibunya. Namun, sang ibu menunjukkan ekspresi kepedasan dan akhirnya si anak tidak mau memakan bakso tersebut.


E. Aplikasi Teori Belajar Sosial  Terhadap Pembelajaran PAI 


Bandura percaya bahwa segala sesuatu yang dapat dipelajari melalui pengalaman langsung juga bisa dipelajari secara tidak langsung melalui observasi. Bandura juga percaya bahwa model akan sangat efektif apabila dilihat sebagai seseorang yang memiliki kehormatan, kompetensi, status tinggi atau kekuasaan. Dan dalam hal ini sebagian besar guru memiliki kriteria tersebut sehingga dapat menjadi model yang berpengaruh besar. Guru dapat menjadi model untuk suatu keahlian, strategi pemecahan masalah, kode moral, standar performa, aturan dan prinsip umum, dan kreativitas. Guru juga dapat menjadi model tindakan, yang akan diinternalisasi siswa dan karenanya menjadi standar evaluasi diri.

Fase belajar observasional diatur oleh empat variabel yang harus diperhatikan oleh guru. Fase yang pertama yaitu atensional (perhatian), dimana siswa harus menaruh perhatian terhadap sesuatu yang menurutnya menarik, popular, kompeten, atau dikagumi, dan proses itu akan bervariasi seiring dengan pendewasaan dan pengalaman belajar sebelumnya. Yang kedua yaitu retensi, agar dapat meniru perilaku suatu model siswa  harus mengingat perilaku itu. Pada fase retensi ini, latihan sangat membantu siswa untuk mengingat elemen-elemen perilaku yang dikehendaki. Yang ketiga produksi, suatu proses pembelajaran dengan memberikan latihan-latihan agar membantu siswa lancer dan ahli dalam menguasai materi pelajaran. Yang terakhir yaitu motivasi. Suatu cara agar dapat mendorong kinerja dan mempertahankan tetap dilakukannya keterampilan yang baru diperoleh dengan memberikan penguatan (bisa berupa nilai dan penghargaan).

Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran menurut teori sosial Albert Bandura, seorang guru harus dapat menghadirkan model yang baik. Model yang baik harus dapat mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembelajar sehingga dapat memberi perhatian kepada si pembelajar. Model disini tidak harus dari guru, namun tergantung apa yang akan diajarkan. Teori sosial belajar ini cocok untuk mengajarkan materi yang berupa aspek psikomotorik dan afektif,  karena pembelajar langsung dapat memperhatikan, mengingat dan meniru dari model yang dihadirkan.

Dalam belajar PAI yang diajarkan adalah berupa konsep dan praketek, sehingga guru harus dapat menghadirkan model yang menarik perhatian dan dapat mudah diingat oleh si pembelajar. Penulis berusaha memberi suatu contoh dalam pembelajaran PAI. Misalnya seorang guru akan mengajarkan tentang shalat. Disini peserta didik akan dibagi menjadi beberapa bagian sebagai model. Dengan dipraktekkan oleh guru dan ditirukan oleh siswa guru memperagakan bagaimana shalat yang baik dan benar. Dengan demikian diharapkan siswa dapat memperhatikan model dan menirukan bagaimana shalat, dan pembelajar harus mengingatnya. Selanjutnya pembelajar dituntut untuk dapat mampu meniru pemodelan tersebut. Beberapa proses ini akan lebih berhasil jika ada motivasi yang kuat dari pembelajar untuk mempelajarinya.

Kesimpulan


Dari pembahasan materi tentang teori belajar social yang dikembangkan oleh Albert Bandura maka, dapat disimpulkan bahwa:

  1. Teori belajar sosial atau teori observasional dikembangkan oleh Albert Bandura (1969), seorang tokoh psikologi yang menganut aliran Behaviorisme.Bandura kini menjabat sebagai David Starr Jordan Professor of Social Science di Fakultas Psikologi Universitas Stanford.
  2. Teori belajar sosial adalah pembelajaran yang terjadi ketika seseorang mengamati dan meniru perilaku orang lain. Dengan kata lain, informasi diperoleh dengan memerhatikan kejadian-kejadian dalam lingkungan. Dalam percobaan boneka Bobo, Bandura mengilustrasikan bagaimana pembelajaran sosial dapat terjadi bahkan dengan menyaksikan seorang model yang tidak diperkuat atau dihukum.Dalam eksperimen tersebut, anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.Eksperimen tersebut juga menunjukkan perbedaan pembelajaran dan kinerja.Model determinisme pembelajaran resiprokal Albert Bandura mencakup tiga  faktor utama : person/kognisi, perilaku, dan lingkungannya. Faktor person (kognitif) yang ditekankan Bandura belakangan ini adalah self-efficiacy, keyakinan bahwa seseorang bisa menguasai  dan menghasilkan hasil positif.
  3. Konsep utama dari teori belajar Albert Bandura adalah pemodelan, belajar vicarious, dan perilaku diatur-sendiri. Pemodelan merupakan konsep dasar dari teori belajar sosial.Bandura mengklasifikasi empat fase belajar dari pemodelan, yaitufase atensi yang merupakan fasememberikan perhatian pada suatu model, faseretensional yang merupakan fase  pengkodean tingkah laku model dan menyimpan kode-kode itu di dalam ingatan (memori jangka panjang),  fase reproduksi yang merupakan fase dimana kode-kode dalam memori membimbing penampilan yang sebenarnya dari tingkah laku yang baru diamati, dan yang terakhir adalah fase motivasional yang merupakan fase dimana si pengamat akan termotivasi untuk meniru model, sebab mereka merasa bahwa dengan berbuat seperti model, mereka akan memperoleh penguatan.Belajar Vicarious, merupakan cara belajar dengan melihat orang diberi reinforcement atau dihukum waktu terlibat dalam perilaku-perilaku tertentu.Perilaku diatur-sendiri, Bandura mengatakan bahwa perilaku manusia sebagian besar merupakan perilaku yang diatur oleh dirinya sendiri (self-regulated behavior).
  4. Teori belajarsosial Albert Bandura memiliki kekurangan dan kelebihan sebagai teori belajar. 
  5. Aplikasi dari teori belajar ini telah banyak contohnya dan utamanya teori belajar sosial dapat diaplikasikan terhadap pembelajaran PAI. Dalam proses pembelajaran menurut teori sosial Albert Bandura, seorang guru harus dapat menghadirkan model yang baik. Model yang baik harus dapat mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembelajar sehingga dapat memberi perhatian kepada si pembelajar.

DAFTAR PUSTAKA

Santrock, John. W. 2008. Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua .Jakarta : Kencana
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta : PT Bumi Aksara
Dahar, Ratna Wilis. 2006. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Erlangga
Hergenhahn, B.R., Olson, Matthew H. 2008. Theories of Learning (Teori Belajar), edisi ke-7. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Posting Komentar untuk "Menelaah Teori Belajar Sosial Albert Bandura"